Nama : Muhammad Lafasha Alfarisi
Kelas : 2 DB 04
Npm : 37114396
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 1#
BAB 7 Pengembangan Sistem
Pendekatan Sistem
Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara sistematis
mengarah pada John Dewey, seorang profesor ilmu filosofi di Columbia
University. Dalam sebuah buku di tahun 1910, Dewey mengidentifikasi kan
tiga rangkaian pertimbangan yang terlihat dalam pemecahan sebuah
kontroversi scara memadai.
1. Mengenali kontroversi.
2. Mempertimbangkan klaim - klaim alternatif
3. Membentuk suatu pertimbangan.
Dewey tidak mempergunakan istilah pendekatan sistem, namun ia menyadari adanya sifat berurutan dari pemecahan masalah - mengidentifikasi suatu masalah, mempertimbangkan berbagai cara untuk memecahkannya, dan terakhir memilih solusi yang terlihat paling baik.
1. Mengenali kontroversi.
2. Mempertimbangkan klaim - klaim alternatif
3. Membentuk suatu pertimbangan.
Dewey tidak mempergunakan istilah pendekatan sistem, namun ia menyadari adanya sifat berurutan dari pemecahan masalah - mengidentifikasi suatu masalah, mempertimbangkan berbagai cara untuk memecahkannya, dan terakhir memilih solusi yang terlihat paling baik.
Urutan
Langkah:
Upaya Persiapan
- Langkah 1 – Melihat Perusahaan
sebagai Suatu Sistem Dapat
terlaksana dengan menggunakan model sistem umum sebagai pola.
- Langkah 2 – Mengenal Sistem
Lingkungan Ada 8
unsur lingkungan dapat memberikan suatu cara yang efektif dalam memosisikan
perusahaan sebagai seuatu sistem dalam lingkungannya.
- Langkah 3 – Mengidentifikasi
Subsistem Perusahaan Bentuk
termudah yang dapat dilihat manajer adalah area-area bisnis. Manajer juga dapat
melihat tingkat-tingkat manajemen sebagai subsistem. Manajer
dapat menggunakan arus sumber daya sebagai dasar untuk membagi perusahaan
menjadi subsistem-subsistem.
2. Upaya
Definisi
Dipicu
oleh suatu pemicu masalah (problem
trigger) – suatu sinyal yang menandakan bahwa keadaan berjalan baik atau
lebih buruk dari yang telah direncanakan. Gejala
(symptom) adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya
lebih jelas daripada akar masalah tersebut.
Masalah
adalah suatu kondisi atau kejadian yang merugikan atau berpotensi merugikan
atau menguntungkan atau berpotensi menguntungkan bagi perusahaan. Pernyataan
ini mengakui bahwa manajer akan bereaksi atas keadaan yang berjalan lebih baik
dari yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.
- Langkah 4 – Melanjutkan dari
Tingkat Sistem ke Tingkat Subsistem
Tujuan
dari analisis dari atas ke bawah ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat
sistem di mana terdapat penyebab terjadinya masalah.
- Langkah 5 – Menganalisis Bagian-Bagian
Sistem dalam Urut-Urutan Tertentu
Unsur-Unsur
sistem juga harus dianalisis secara berurutan:
1)
Unsur 1 – Mengevaluasi Standar
Biasanya
dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran dan kuota.
2)
Unsur 2 – Membandingkan Output
Sistem dengan Standar
Jika
sistem memenuhi standar, tidak perlu meneruskan dengan pendekatan sistem atas
pemecahan masalah pada tingkat sistem tertentu ini.
3)
Unsur 3 – Mengevaluasi Manajemen
Diberikan
satu penilaian kritis atas manajemen dan struktur organisasi sistem.
4)
Unsur 4 – Mengevaluasi Prosesor
Informasi
Ada
kemungkinan tim manajemen yang baik, namun tim tersebut tidak mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
5)
Unsur 5 – Mengevaluasi Input dan
Sumber Daya Input
Ketika
analisis ditingkat ini tercapai, sistem konseptual tidak lagi menjadi masalah,
dan masalah terdapat pada sistem fisik. Maka analisis akan dilakukan oleh
sumber daya fisik di dalam unsur input dari sistem maupun sumber daya yang
mengalir dari lingkungan melalui unsur tersebut.
3. Upaya
Solusi
- Langkah 6 – Mengidentifikasikan
Solusi-Solusi Alternatif
Manajer
mengidentifikasi cara-cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang sama.
- Langkah 7 – Mengevaluasi
Solusi-Solusi Alternatif
Semua
alternative harus dievaluasi dengan kriteria
evaluasi yang sama, yang mengukur seberapa baik satu alternatif akan
memecahkan masalah.
- Langkah 8 - Memilih Solusi yang Terbaik
Menurut
Henry Mintzberg ada 3 cara yang dilakukan manajer dalam memilih alternatif yang
terbaik:
1)
Analisis,
Evaluasi sistematis yang mempertimbangkan konsekuensinya pada sasaran
organisasi.
2)
Pertimbangan,
Proses mental seorang manajer.
3)
Tawar-Menawar,
negosiasi di antara beberapa manajer.
- Langkah 9 – Mengimplementasikan
Solusi
Solusi
perlu diimplementasikan, karena masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan
memilih solusi terbaik.
- Langkah 10 – Menindaklanjuti
untuk Memastikan Kefektifan Solusi
Ketika
solusi tidak mampu mencapai harapan, maka perlu melaksanakan kembali
langkah-langkah pemecahan masalah.
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi. Metodologi adalah
satu cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu. Pendekatan
sistem adalah metodologi dasar dalam segala memecahkan jenis masalah. Sisklus hidup pengembangan sistem(Systems development life cycle - SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi pengembangan suatu sistem informasi.
SDLC
Tradisional
Tahapan-tahapan:
- -Perencanaan
- -Analisis
- -Desain
- -Implementasi
- -Penggunaan
Pekerjaan-pekerjaan
diatas mengikuti pola yang teratur dan dilaksanakan dengan cara dari atas ke
bawah, SDLC tradisional sering kali disebut pendekatan air terjun (waterfall approach).
Prototyping
Meskipun sulit untuk membantah SLDC tradisional dengan diungkpkan tahapan - tahapan di atas secara logis, metode ini masih memiliki kelemahan. Seiring dengan brtambahnya ukuran dan kompleksitas suatu sistm, melewati tahapan - tahapan dengan sekali jalan menjadi suatu hal yang semakin tidak mungkin dilakukan. Prototipe (prototyping) adalah satu versi dari sebuah sistem potemsial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna. proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping.
Jenis - jenis Prototipe
Satu pertanyaan umum yang sering kali di tanyakan masyarakat ketika pertama kali mendengar tentang prototipe komputer adalah, "Apakah prototype akan menjadi sistem aktual nantinya?" Jawabannya adalah "tergantung".
Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan. Prototipe evolusioner (evolutionery prototype) terus-menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Ketika persyaratan ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu prototipe persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual.
Pengembangan Prototipe Evolusioner
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit protoryping. Generator aplikasi terintregasi (integrated application generator) adalah sistem peranti lunak siap pakai yang mampu membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru - menu, laporan, tampilan, basis data dan seterusnya.
3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
4. Menggunakan prototipe. Prototipe menjadi sistem produksi
Daya Tarik Prototyping
Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan - alasan di bawah ini:
- Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
- Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lbih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna.
- Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
- Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang di harapkannya.
Keuntungan - kuntungan di atas memungkinkan prototyping memangkas biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan pengguna atas sistem yang diserahkan.
Potensi Kesulitan dari Prototyping
Prototyping bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. kesulitam - kesulitan tersebut antara lain:
- Terburu-buru dalam menyerahkan prototipe dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternatif, dan dokumentasi.
- Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototipe yang diberikan, yang mengarah pada
ekspetasi yang tidak realistis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
- Prototipe evolusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
Baik pengguna maupun pengembang hendaknya mewaspadai potensi kesulitan - kesulitan di atas ketika mereka memilih untuk melaksanakan pendekatan prototyping. Namun jika seimbang, prototyping telah terbukti menjadi salah satu metodologi SDLC.
Desain Ulang Proses Bisnis
Teknologi Informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat, dan organisasi perlu mengambil keuntungan dari kemajuan - kemajuan ini. Sistem meliputi sistem - sistem yang memproses data perusahaan maupun sistem - sistem yang melakukan fungsi - fungsi dasar, seperti mengebor untuk mencari minyak dan memproduksi saru bagian manufaktur. Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang (reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis (business process redesign - BPR)
Input Pengestimasian Biaya
Sebuah work breakdown structure (WBS) mengidentifikasikan aktivitas - aktivitas proyek yang akan membutuhkan sumber daya. Contoh WBS adalah grafik Gantt dan diagram jaringan. Kebutuhan sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan dibutuhkan dan berapa jumlahnya.
Output Pengestimasian Biaya
Estimasi biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan biasanya dinyatakan dalam unit - unit keuangan yang berlaku, seperti Dolar atau Euro. Estimasi seperti ini dapat disempurnakan kembali selama proyek berlangsung untuk mencerminkan tambahan informasi seiring dengan semakin jelasnya proyek tersebut.
Meskipun sulit untuk membantah SLDC tradisional dengan diungkpkan tahapan - tahapan di atas secara logis, metode ini masih memiliki kelemahan. Seiring dengan brtambahnya ukuran dan kompleksitas suatu sistm, melewati tahapan - tahapan dengan sekali jalan menjadi suatu hal yang semakin tidak mungkin dilakukan. Prototipe (prototyping) adalah satu versi dari sebuah sistem potemsial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna. proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping.
Jenis - jenis Prototipe
Satu pertanyaan umum yang sering kali di tanyakan masyarakat ketika pertama kali mendengar tentang prototipe komputer adalah, "Apakah prototype akan menjadi sistem aktual nantinya?" Jawabannya adalah "tergantung".
Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan. Prototipe evolusioner (evolutionery prototype) terus-menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Ketika persyaratan ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu prototipe persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual.
Pengembangan Prototipe Evolusioner
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit protoryping. Generator aplikasi terintregasi (integrated application generator) adalah sistem peranti lunak siap pakai yang mampu membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru - menu, laporan, tampilan, basis data dan seterusnya.
3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
4. Menggunakan prototipe. Prototipe menjadi sistem produksi
Daya Tarik Prototyping
Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan - alasan di bawah ini:
- Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
- Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lbih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna.
- Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
- Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang di harapkannya.
Keuntungan - kuntungan di atas memungkinkan prototyping memangkas biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan pengguna atas sistem yang diserahkan.
Potensi Kesulitan dari Prototyping
Prototyping bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. kesulitam - kesulitan tersebut antara lain:
- Terburu-buru dalam menyerahkan prototipe dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternatif, dan dokumentasi.
- Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototipe yang diberikan, yang mengarah pada
ekspetasi yang tidak realistis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
- Prototipe evolusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
Baik pengguna maupun pengembang hendaknya mewaspadai potensi kesulitan - kesulitan di atas ketika mereka memilih untuk melaksanakan pendekatan prototyping. Namun jika seimbang, prototyping telah terbukti menjadi salah satu metodologi SDLC.
Desain Ulang Proses Bisnis
Teknologi Informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat, dan organisasi perlu mengambil keuntungan dari kemajuan - kemajuan ini. Sistem meliputi sistem - sistem yang memproses data perusahaan maupun sistem - sistem yang melakukan fungsi - fungsi dasar, seperti mengebor untuk mencari minyak dan memproduksi saru bagian manufaktur. Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang (reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis (business process redesign - BPR)
Input Pengestimasian Biaya
Sebuah work breakdown structure (WBS) mengidentifikasikan aktivitas - aktivitas proyek yang akan membutuhkan sumber daya. Contoh WBS adalah grafik Gantt dan diagram jaringan. Kebutuhan sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan dibutuhkan dan berapa jumlahnya.
Output Pengestimasian Biaya
Estimasi biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan biasanya dinyatakan dalam unit - unit keuangan yang berlaku, seperti Dolar atau Euro. Estimasi seperti ini dapat disempurnakan kembali selama proyek berlangsung untuk mencerminkan tambahan informasi seiring dengan semakin jelasnya proyek tersebut.
Sumber : Buku MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS (SISTEM INFORMASI MANAJEMEN) RAYMOND McLEOD,Jr - GEORGE P. SCHELL