Konflik berasal dari kata configere (latin) yang berarti memukul. Secara sosiologis, pengertian konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang saling berusaha untuk menyingkirkan satu sama lain. Soerjono Soekanto memberikan pengertian konflik berdasarkan tujuan. Menurutnya pengertian konflik adalah pertentangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan. Senada dengan Soekanto, Lewis A.Coser dalam buku The function of Social conflict, pengertian konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status. Ditambahkan bahwa konflik adalah bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat akan muncul. Littlejohn dan Domenici (2007) membagi 3 pengertian konflik yaitu: konflik sebagai pertentangan dalam perebutan tujuan (conflict in the struggle for goals), konflik sebagai sebuah antagonism dan konflik sebagai oposisi sosial (conflict as social opposition). apabila kita hanya melihat dari sudut pandang politik, konflik didefinisikan sebagai sesuatu yang penuh antagonisme. Menurut Maurice Duverger, konflik dan integrasi saling melengkapi satu sama lain.
An. Ubaedy, secara teori konflik memiliki pengertian fisik dan non-fisik
seperti emosi, pemikiran, perasaan dan lainnya yang tidak bersifat
fisik. Dalam kamus Merriam Webster dan Advance, pengertian konflik
adalah perlawanan mental (mental struggle) akibat adanya kebutuhan
(needs), dorongan, keinginan ataupun tuntutan (demands) yag berlawanan
(oposisi). Konflik didefinisikan sebagai tindakan perlawanan karena
ketidakcocokan/ketidakserasian; berkelahi,baku-hantam ataupun berperang.
Konflik seringkali dihubungkan dengan kerusuhan, terorisme, revolusi dan
kekerasan. Konflik mengandung pengertian "benturan" seperti perbedaan
pendapat, persaingan, serta pertentangan antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok, bahkan terjadi
antara pemerintah dengan individu/kelompok (Ramlan Subakti, 1992).
Menurut Coser (1956) pengertian konflik dari pandangan sosiologisnya
bahwa konflik sebagai kesadaran yang tercermin dalam semangat pembaruan
masyarakat. Konflik berasal dari adanya kekecewaan terhadap
tuntutan-tuntuan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan
kemungkinan keuntungan para partisipan dan ditujukan pada objek yang
mengecewakan.
Macam-macam Konflik
Konflik dalam yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :1. Macam Konflik berdasarkan pihak yang terlibat dalam konflik
Konflik antara individu dengan individu yang lain
Konflik seperti ini dalam organisasi dapat terjadi antara anggota dengan anggota lain dan bahkan dapat terjadi antara anggota dengan pimpinan organisasi. Hal ini sering disebabkan karena adanya perbedaan paham dan tujuan serta adanya ego pribadi dan kurangnya komunikasi.
Konflik yang terjadi antara individu dengan kelompok
Konflik ini sering terjadi dalam organisasi saat telah terjadi konflik individu. Contoh konflik yang seperti ini adalah konflik antara sekelompok bawahan dibagian tertentu dengan pimpinan organisasi. Hal ini tentunya akan terjadi apabila konflik individu tidak terselesaikan dengan cepat dan tepat.
Konflik yang terjadi antara kelompok dengan kelompok
Konflik ini sering terjadi pada lembaga atau organisasi yang telah besar dan memiliki banyak bagian bagian sehingga sering memunculkan kepentingan kepentingan yang berbeda diantara tiap bagian. Hal seperti ini tentu saja terjadi setelah konflik individu dan konflik antara individu dan kelompok tidak terselesaikan dengan cepat dan tepat.
2. Macam macam konflik dipandang dari dampak atau efek yang ditimbulkan
Macam macam konflik seperti ini dibagi menjadi dua konflik yaitu konflik fungsional dan konflik infungsional.
Pengertian konflik fungsional adalah apabila dampak terjadinya konflik dapat memberikan manfaat atau benefit untuk organisasi. Tentu saja konflik seperti ini dapat terwujud apabila konflik dikendalikan serta dikelola dengan baik. Contoh konflik fungsional adalah persaingan antara karyawan atau persaingan antara kelompok karyawan dengan pimpinan untuk membuktikan skill mereka dan juga konflik berupa persaingan untuk menjadi yang terbaik antara bagian atau divisi dalam organisasi.
Pengertian konflik infungsional adalah konflik yang dampak terjadinya tidak memberikan manfaat ataupun benefit untuk jalannya dan berlangsungnya organisasi. Konflik seperti ini memberikan kerugian terhadap individu ataupun organisasi. Hal seperti ini terjadi pada konflik yang tidak terencana serta tidak dikelola dan dikontrol dengan baik.
contoh konflik :
Keluarnya keputusan Menteri Perdagangan Marie E. Pangestu mengenai impor
beras dari Vietnam sebanyak 70.050 ton mulai menuai kecaman. Kurang
lebih 600 petani yang berasal dari Karawang, Bogor, Batang, Pekalongan,
Cibaliung (Banten), dan Lampung yang mengaku tergabung dalam Federasi
Serikat Petani Indonesia (FSPI) berunjuk rasa di depan kantor Departemen
Perdagangan, Jakarta. Para pengunjuk rasa menolak keputusan impor beras
yang dikeluarkan oleh pemerintah pada 1 November 2005. (Pikiran Rakyat,
19 November 2005).
Setelah anda amati, ada dua kepentingan berbeda yang menjadi penyebab munculnya konflik
tersebut. Kepentingan pertama, kebijakan pemerintah untuk melakukan
impor beras dari Vietnam merupakan kepentingan politik. Kepentingan
kedua, para petani yang tergabung dalam FSPI menolak adanya impor beras
karena dapat menurunkan harga beras di pasar nasional sehingga dapat
merusak pendapatan petani dan ini merupakan kepentingan ekonomi. Dua
kepentingan tersebut (politik dan ekonomi) telah melatarbelakangi
munculnya konflik tersebut. Indonesia memiliki struktur masyarakat yang
unik. Secara horizontal, Indonesia ditandai oleh adanya
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa,
agama, bahasa, dan perbedaan yang bersifat kedaerahan. Perbedaan secara
horizontal ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk.
Konflik dalam Kehidupan Masyarakat
Manusia sangat beragam karena dipengaruhi oleh faktor ras, etnis, agama,
dan status. Konflik selain banyak terjadi pada masyarakat kalangan
menengah ke bawah, juga dapat terjadi pada masyarakat yang memiliki
lapisan sosial kelas atas, misalnya konflik antar anggota dewan yang
terjadi di dalam gedung MPR/DPR. Para pejabat yang merupakan anggota
dewan dari setiap fraksi atau organisasi kepartaian saling mengajukan
pendapat dan mempertahankan argumentasinya dalam sidang. Untuk mencapai
kemufakatan hasil sidang, tidak jarang para anggota dewan berselisih dan
berbeda pendapat.
Setelah Anda mengetahui beberapa contoh konflik sosial yang terjadi pada
masyarakat, tentunya Anda dapat memahami bahwa konflik dalam kehidupan
sosial masyarakat memiliki jenis dan tingkatan yang berbeda-beda. Solusi
yang diambil untuk menangani konflik tersebut pun beragam sesuai dengan
intensitas dampak yang akan ditimbulkannya.
Konflik dan Kekerasan
Berbicara tentang terjadinya konflik di masyarakat, tidak terlepas dari
adanya kekerasan. Padahal, tidak semua konflik yang terjadi harus
diakhiri dengan tindakan kekerasan. Perhatikan dua contoh konflik
berikut ini.
Contoh 1: Anda sebagai pelajar yang selalu ingin berprestasi. Anda
mencari kepuasan dalam belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik, tidak jarang Anda harus berhadapan dengan perbedaan pendapat, baik
dengan guru di dalam kelas maupun dengan sesama teman di dalam sebuah
diskusi. Sebagai bukti bahwa Anda tidak puas, Anda akan bertanya atau
menyanggah pendapat yang dikemukakan oleh guru atau teman Anda dengan
argumen-argumen yang Anda miliki. Untuk mencari kemufakatan dalam
diskusi kelas tersebut, Anda ataupun teman Anda tidak perlu mengakhiri
diskusi tersebut dengan perkelahian atau perusakan fasilitas sekolah.
Guru akan menengahi perbedaan pendapat di antara Anda dan teman Anda
sehingga kemufakatan terjadi dan dapat mengakhiri konflik tanpa ada
kekerasan.
Contoh 2: Pertentangan yang terjadi antara kaum buruh di sebuah pabrik
tekstil yang menuntut kenaikan gaji atau dikeluarkan nya THR (Tunjangan
Hari Raya). Masalah pendapatan atau gaji sangat berhubungan dengan hajat
kehidupan maka tidak jarang dalam mengajukan tuntutannya tersebut, para
buruh melakukan tindak kekerasan dengan merusak fasilitas pabrik.
Berdasarkan dua contoh tersebut, tentunya Anda diharapkan dapat
membedakan antara konflik dan kekerasan.
Tidak selamanya konflik harus diakhiri oleh tindakan kekerasan karena
kekerasan tidak sama dengan konflik. Konflik adalah proses sosial yang
akan terus terjadi dalam masyarakat, baik individu maupun kelompok,
dalam rangka perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan
cara menentang lawannya. Adapun kekerasan, merupakan gejala yang muncul
sebagai salah satu efek dari adanya proses sosial yang biasanya ditandai
oleh adanya perusakan dan perkelahian.
Seringkali tindakan kekerasan muncul secara spontan pada masyarakat.
Tindakan kekerasan spontan ini tujuannya tidak jelas, kadangkala
ditumpangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin
menciptakan kekacauan.
Sebagai contoh, tindakan kekerasan yang dilakukan suporter sepak bola.
Oknum-oknum pendukung sebuah kesebelasan sepak bola melakukan
pengrusakan dan pembakaran fasilitas-fasilitas umum, seperti rambu-rambu
lalu lintas dan taman kota, melempari rumah-rumah penduduk sepanjang
lintasan kereta api, dan lain sebagainya. Tindakan tersebut dilakukan
sebagai bentuk kekecewaan karena kesebelasan yang didukungnya kalah
dalam permainan. Apakah tindakan kekerasan dari para suporter membuat
tim kesebelasan sepak bola tersebut menjadi menang atau wasit akan
mengubah skor kalah menjadi menang? Jelas jawabannya tidak mungkin.
Tindakan kekerasan tersebut tidak memiliki tujuan apapun yang tertinggal
hanyalah kerugian-kerugian bagi semua pihak.
Contoh lain adalah tawuran antar pelajar yang akhir-akhir ini kerap
terjadi. Tawuran antar pelajar bahkan melibatkan antar sekolah, dan
tidak jarang menimbulkan kerusakan fasilitas umum, serta banyak meminta
korban. Berbagai sebab yang menyulut terjadinya tawuran tersebut memang
beraneka ragam, yang intinya menjunjung tinggi solidaritas antar teman.
Kekerasan hanya merupakan salah satu indikator kerusuhan dalam menilai
intensitas konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi di
masyarakat. Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson membuat beberapa
indikator dalam menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia.
Akibat-Akibat Konflik Sosial
Mungkin masih segar dalam ingatan Anda tentang konflik antara Indonesia
dan Malaysia pada pertengahan tahun 2005. Malaysia mengklaim wilayah
Blok Ambalat yang merupakan bagian dari Kepulauan Nusantara. Konflik
tersebut telah menyulut amarah bangsa Indonesia yang bersatu
bersama-sama melawan sikap pemerintahan Malaysia. Sebelumnya, masyarakat
Indonesia sedang mengalami krisis kesatuan dan persatuan nasional
akibat pergolakan politik yang terus terjadi selama masa reformasi.
Contoh tersebut merupakan salah satu akibat positif dan negatif yang
ditimbulkan oleh adanya konflik. Konflik mempunyai fungsi bagi kehidupan
masyarakat. Meskipun demikian, konflik banyak juga menimbulkan
bentuk-bentuk negatif dalam interaksi sosial. Konflik dapat berfungsi
sebagai faktor positif yang berdampak konstruktif (membangun) dan faktor
negatif yang bersifat destruktif (perusak) bagi modal kedamaian sosial.
Secara positif, konflik dapat berfungsi sebagai pendorong tumbuh
kembangnya modal kedamaian sosial karena dapat meningkatkan solidaritas
di antara anggota kelompok.
Seperti dinyatakan para ahli sosiologi Parsons, Jorgensen, dan Hernandez, manfaat konflik ialah:
- konflik dapat meningkatkan kohesivitas kelompok;
- memunculkan isu-isu dan harapan-harapan yang terpendam;
- memperjelas batas-batas dan norma-norma kelompok;
- mempertegas tujuan yang hendak dicapai.
Selain itu, konflik juga bisa bersifat destruktif terhadap keutuhan
kelompok dan integrasi sosial masyarakat dalam skala yang lebih luas.
Jika melampaui batas toleransi dan kapasitas pihak-pihak yang terlibat
serta tidak segera dicarikan solusinya, konflik dapat menjurus pada
“disintegrasi” sosial.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa terjadinya konflik banyak menimbulkan
bentuk-bentuk negatif dalam interaksi sosial. Akan tetapi, konflik juga
mempunyai fungsi positif bagi kehidupan masyarakat.
Dampak / Akibat negatif dari adanya konflik
- Retaknya persatuan kelompok. Hal ini terjadi apabila terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok.
- Perubahan kepribadian individu. Pertentangan di dalam kelompok atau antar kelompok dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa tertekan sehingga mentalnya tersiksa.
- Dominasi dan takluknya salah satu pihak. Hal ini terjadi jika kekuatan pihak-pihak yang bertikai tidak seimbang, akan terjadi dominasi oleh satu pihak terhadap pihak lainnya. Pihak yang kalah menjadi takluk secara terpaksa, bahkan terkadang menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik) atau monopoli (dalam ekonomi).
- Banyaknya kerugian, baik harta benda maupun jiwa, akibat kekerasan yang ditonjolkan dalam penyelesaian suatu konflik.
Peristiwa 27 Juli 1996, ketika terjadi konflik yang melibatkan
simpatisan PDI pendukung Megawati dan pendukung Suryadi merupakan salah
satu contoh bentuk konflik internal partai.
Akibat positif dari adanya konflik
- Konflik dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota kelompok, misalnya apabila terjadi pertikaian antarkelompok, anggota-anggota dari setiap kelompok tersebut akan bersatu untuk menghadapi lawan kelompoknya.
- Konflik berfungsi sebagai alat perubahan sosial, misalnya anggota-anggota kelompok atau masyarakat yang berseteru akan menilai dirinya sendiri dan mungkin akan terjadi perubahan dalam dirinya.
- Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan uji dalam menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat lebih mendewasakan masyarakat.
- Dalam diskusi ilmiah, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat kelemahan-kelemahan suatu pendapat sehingga dapat ditemukan pendapat atau pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar atau pemecahan suatu masalah.
Referensi :
-http://www.apapengertianahli.com/2014/11/pengertian-konflik-menurut-para-ahli.html#_
-http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-konflik-faktor-penyebabnya.html#_
-Sosiologi 2 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat
-Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional